'Pembalasan' Sempurna dari Korea ke Jepang

Aku dan Lala sudah antusias sekali menunggu pertandingan puncak pergelaran Korea Super Series 2017. Sejak semalam kami sudah bercakap banyak hal yang menggembirakan tersebab Indonesia meloloskan tiga wakilnya di ajang itu; ganda putra, ganda campuran, dan dua tunggal putra. Apalagi di partai tunggal putra partai final akan menyuguhkan pertandingan antara kedua pemain Indonesia setelah sejarahnya pernah diukir oleh Simon Santoso dan Sony Dwi Kuncoro pada tahun 2008. Sejarah baru kembali dibangun oleh Antony Sinisuka Ginting dan Jonathan Cristie di mana keduanya untuk pertama kali merasakan bagaimana bertanding di putaran final.

Sebagai penggemar bulu tangkis, kami tentu bahagia. Terserah saja siapa yang akan mengalungi medali emas. Sudah bisa dipastikan itu pemain Indonesia. Kalau boleh memilih aku menjagokan Antony Ginting. Meskipun di luar sana banyak penonton bulu tangkis terutama para abege yang bakalan mendukung Jona. Lucunya, mereka rupanya sekamar di penginapan. Kebayang nggak itu gimana pasang strateginya. Aduh, jangan-jangan mereka seranjang pula? Masih bakalan saling hadapan gak ya pas tidur? Gak saling memunggungi kan? >,<


Tiga gim tuntas dengan kemenangan Antony, seperti yang aku harapkan ~o~. Pokoknya warga Indonesia bangga dengan pencapaian keduanya. Tidak peduli dengan perkataan orang-orang yang menilai itu sebuah kebetulan yang beruntung karena pemain top 10 gak ikutan. Lah, SWH kan pemain nomor wahid dunia dan dengan segala upaya Ginting berhasil menaklukkannya. Bertambah lagi sejarah permainannya Ginting.


Sebelum derby Indonesia, Praveen/Debby sudah lebih dulu naik podium setelah mengalahkan WYY/HDP. Awal yang menyenangkan~ Tapi sayang, pertandingan penutup di turnamen hari itu harus berakhir sedih dengan kekalahan ganda putra andalan Indonesia, Marcus F Gideon dan Kevin Sanjaya S. (Minions) dari duet om-om Denmark Boe/Mogensen. Jadinya belum bisa merebut juara di semua partai yang diturunkan wakil Indonesia.


Aku yang saat itu nonton sendiri di sore hari yang cerah nan senyap sampai benar-benar kayak orang gila. Menggerutu dan gereget sendiri melihat permainan keduanya. Minions terlihat bernafsu banget mengalahkan Om-om Denmark tapi yang terjadi malah sering error. Bola keluar dan smash-an membentur net. Untuk pertama kalinya Minion kalah saat berlaga di babak final.


Lala mengunggah jadwal pertandingan untuk Semifinal Daihatsu Yonex Japan Super Series 2017 di WA-Story. aku yang melihat line-up pertandingan kemudian mengirim emotikon LOL banyak-banyak ke ruang chat. Tidak ada jeda dari Korea SS. Di pekan yang selanjutnya setelah perebutan gelar di Korea Selatan. Hal yang membuatku tertawa adalah line-up semifinal dua pemain utusan Indonesia, Praveen/Debby dan Kevin/Gideon terulang dari line-up final Korea SS alias mereka bertemu lagi dengan lawan yang sama. Bagaimana hasilnya. Tentu banget mereka ingin revans, untuk ganda putra okelah tapi plis jangan untuk ganda campuran.

Seberapa besar pun kamu mendukung hasilnya ditentukan mereka di lapangan. Keduanya sukses ‘balas dendam’ tanpa tambahan babak. Praven/Debby terhenti di semifinal dan Kevin/Gideon melenggang ke final berhadapan dengan pasangan ganda Jepang  Yuki Kaneko/Takuto Inoue. Dari semifinal aku berharap ke depan Praven lebih bisa mengendalikan permainannya biar errornya gak parah dan banyak.


Btw, laga ‘balas dendam’ Minions dan om-om Denmark seru banget loh, apalagi di babak kedua. Tengil mereka makin meningkat dan malah bikin ketawa-ketiwi nontonnya. No more lousy tense in the air~ kecuali om-om Denmark yang kayaknya karena faktor U udah lelah tanding dua pekan berturut-turut. Sudah dipastikan ke final: Minion sukses merebut podium tertinggi. Coba bandingkan ekspresinya pas jadi runner-up dengan juara satu. Kadar kegantengan dan senangnya langsung naik. Wah selamat~



Selalu, kami bulu tangkis lovers berharap banget ada generasi bulu tangkis yang baru gak hanya pemain yang itu-itu saja yang sampai ke final dan naik posium. Sebab negara macam Jepang sudah melahirkan beberapa bibit baru seperti yang baru ke final ini di samping Kamura/Sonoda. Pelajaran yang bisa dipetik dari pemain Jepang ini mereka ulet banget. Gak heran mainnya bisa berjam-jam. Sabar banget meladeni permainan. Tiongkok, India, dan Korea Selatan pun begitu, sering merotasi pemainnya dan bisa sukses ke partai tertinggi. Heran saja, kok Indonesia sulit ya? Padahal pelatih mereka banyakan hasil ‘ekspor’ dari Indonesia juga.  Kok di negeri sendiri seperti stuck?***

*Bukan analisis bulu tangkis, hanya seorang penggemar bulu tangkis yang senang menikmati pertandingan bulu tangkis. Mendukung tim Indonesia dari depan layar. Menulis untuk mengenang momen terbaik.

Gambar: Bulutangkisri

0 komentar